Juventus FC (Foto: Google Image) |
Juventus Football Club
S.p.A. atau orang2 lebih popular mengenal dengan nama Juve, adalah klub sepak
bola profesional Italia yang berbasis di Turin, Piedmont. Klub sepak bola ini
adalah yang tertua ketiga di Italia dan telah menghabiskan sebagian besar sejarahnya,
dengan pengecualian pada musim 2006–07, di atas klasemen Divisi Pertama (sekarang
dikenal sebagai Serie A). Klub yang dijuluki La Vecchia Signora ("Si
Nyonya Tua"), ini telah memenangkan 34 gelar liga resmi, 13 gelar Coppa
Italia dan tujuh gelar Piala Super nasional, menjadi pemegang rekor untuk semua
kompetisi ini, dua Piala Interkontinental, dua Piala Liga Champions UEFA, satu
Piala Winners Eropa, tiga Piala UEFA, dua Piala Super UEFA, dan satu Piala UEFA
Intertoto. Tapi tahukan anda kapan Juventus didirikan? Berikut kami uraikan
penjelasannya disini.
Sejarah
Berdirinya Juventus FC
Sport Club Juventus 1897-98
(Foto: Wikipedia)
|
Sejarah Juventus berawal
dari sekumpulan siswa dari sekolah Massimo D'Azeglio Lyceum di daerah Liceo
D’Azeglio, Turin. Mereka sepakat untuk membentuk sebuah grup olahraga. Setelah
melalui perdebatan, akhirnya terpilih sepakbola sebagai olahraga utamanya. D’Armi
Square yaitu lapangan yang biasa menjadi arena balap kuda menjadi markas
pertama kelompok ini. Saat itu penanggalan menunjuk pada angka 1 November 1897.
Inilah yang dijadikan tanggal resmi berdirinya Juventus. Pada awalnya sempat
terjadi perdebatan sengit mengenai nama kelompok. Ada tiga usulan nama yaitu
Societa Via Fort, Societa Sportiva Massimo D’Azeglio, dan Juventus. Akhirnya
terpilih nama Sport Club Juventus karena berkesan universal dan dekat dengan
anak muda. Maka resmilah nama klub mereka menjadi "Sport Club
Juventus", tetapi kemudian berubah nama menjadi Foot-Ball Club Juventus
dua tahun kemudian.
Ketika mulai banyak dikenal public, Juventus mulai
mendapat undangan untuk bertanding. Maka, mereka pun harus memiliki kostum
sendiri. Jangan berpikir kalau Juventus sudah langsung memakai kostum
hitam-putih. Kostum pertama Juventus hanya memiliki satu warna yaitu pink alias
merah jambu. Kostum ini terus dipakai Juventus sejak bergabung ke dalam Liga
Italia hingga tahun 1902. Juve memenangi
gelar Seri-A perdananya pada 1905, ketika mereka bermain di Stadio
Motovelodromo Umberto I. Di sana klub ini mengenakan kostum berwarna hitam putih. Apa yang membuat
kostum Juventus berganti dari pink menjadi hitam putih? Penyebabnya sederhana
saja. Seorang pedagang kain di Kota Turin memesan kostum pink Juventus kepada
koleganya di Notingham, Inggris. Ketika pesanan datang, mereka malah mendapat
kostum dengan warna hitam strip putih. Karena tidak ada pilihan lain,
dipakailah kostum “zebra” itu. Justru karena kesalahan kostum itulah Juventus
kian lekat di mata public dengan julukan I Bianconeri yang berarti si
Putih-Hitam.
Pada 1906, beberapa pemain
Juve secara mendadak menginginkan agar Juve keluar dari Turin. Presiden Juve
saat itu, Alfredo Dick kesal dan ia memutuskan hengkang dari Juve untuk
kemudian membentuk tim tandingan bernama FBC Torino yang kemudian menjadi cikal
bakal terjadinya Derby della Mole antara
Juve vs. Torino. Juventus sendiri ternyata tetap eksis walaupun ada perpecahan,
bahkan bisa bertahan seusai Perang Dunia I.
Pemilik FIAT, Edoardo
Agnelli mengambil alih kendali Juventus pada 1923, di mana kemudian ia membangun
stadion baru. Hal ini memberikan semangat baru untuk Juventus, di mana pada
musim 1925-26, mereka berhasil merebut scudetto dengan mengalahkan Alba Roma
dengan agregat 12-1. Pada era 1930-an, klub ini menjadi klub super di Italia
dengan memenangi gelar lima kali berturut-turut dari 1930 sampai 1935, dibawah asuhan
pelatih Carlo Carcano, dan beberapa pemain bintang seperti Raimundo Orsi, Luigi
Bertolini, Giovanni Ferrari dan Luis Monti. Juventus kemudian pindah kandang ke
Stadio Comunale, tetapi di akhir 1930-an dan di awal 1940-an mereka gagal
merajai Italia. Bahkan mereka harus mengakui tim sekota mereka, A.C. Torino.
Secercah prestasi kemudian muncul di musim 1937-38 saat Juve menjuarai Piala
Italia pertama mereka setelah di final mengalahkan klub sekota mereka, Torino.
Setelah berada di posisi 6
pada musim 1940-41, Juve lantas merebut Piala Italia kedua mereka di musim
berikutnya. Di periode ini, Italia ikut Perang Dunia II dan ini membuat
jalannya Liga menjadi terhambat. Sepak bola Italia kemudian memutuskan untuk
terus berlangsung saat masa perang berjalan. Pada 1944, Juve ikut serta dalam
sebuah turnamen lokal, yang akhirnya urung diselesaikan. Pada 14 Oktober, Liga
kembali bergulir dan ditandai dengan derby Torino vs. Juventus. Torino yang
saat itu mendapat sebutan "Grande Torino" kalah 2-1 dari Juventus.
Namun di akhir musim justru Torino berhasil juara. Pada jeda musim panas,
sebuah peristiwa penting terjadi di Juve pada 22 Juli 1945, Gianni Agnelli
mengambil alih posisi presiden klub, meneruskan tradisi keluarga Agnelli. Dalam
kepempinannya, Agnelli mendatangkan Giampiero Boniperti dalam jajaran staffnya.
Ditambah amunisi baru seperti Muccinelli dan striker asal Denmark John Hansen.
Setelah Perang Dunia II usai Juve berhasil menambah dua gelar Seri-A pada
1949–50 dan 1951–52, dibawah kepelatihan orang Inggris, Jesse Carver.
Sívori, Charles and
Boniperti: the Magical Trio (Foto: Wikipedia)
|
Gianni Agnelli lantas
meninggalkan klub pada 18 September 1954. Tahun ini periode gelap Juve dimulai
dengan hanya mampu finish di posisi 7. Musim berikutnya, di bawah arahan
manajer Puppo yang mengandalkan skuat muda Juve mulai mencoba bangkit. Setelah
serangkaian kekalahan karena skuat yang belum matang, pada November 1956 kabar
baik berembus dengan masuknya Umberto Agnelli sebagai komisioner klub. skuat
menjadi kuat dengan kedatangan beberapa pemain hebat seperti Omar Sivori dan
pemuda Wales bernama John Charles yang menemani para punggawa lama seperti
Giampiero Boniperti. Musim 1957-58, Juve kembali berjaya di Seri-A, dan menjadi
klub Italia pertama yang mendapatkan bintang kehormatan karena telah memenangi
10 gelar Liga Seri-A. Di musim yang sama, Omar Sivori terpilih menjadi pemain
Juventus pertama yang memenangi gelar Pemain Terbaik Eropa. Juve juga berhasil
memenangi Coppa Italia setelah mengalahkan ACF Fiorentina di final. Boniperti
pensiun di 1961 sebagai top skorer terbaik Juventus sepanjang masa dengan 182
gol di semua kompetisi yang ia ikuti bersama Juventus.
Selanjutnya di musim 1972-73
Juve kedatangan Dino Zoff dan Jose Altafini dari Napoli. Di musim ini, Juve
dihadapkan pada jadwal di Seri-A dan kompetisi Eropa. Setelah berjuang sampai
menit akhir, Juve berhasil menyalip AC Milan, yang secara mengejutkan kalah
dipertandingan terakhir mereka, dan merebut scudetto ke-15. Juve juga bahkan
berhasil masuk final Piala Champions musim tersebut, namun mereka kalah dari
Ajax Amsterdam yang dimotori oleh Johan Crujff. Selanjutnya mereka berhasil
menambah tiga gelar lagi bersama defender Gaetano Scirea di musim 1974-75,
1976–77 dan 1977–78. Dan dengan masuknya pelatih hebat bernama Giovanni
Trapattoni, Juve berhasil memperpanjang dominasi mereka di era 1980-an.
Era tangan dingin Trapattoni
benar-benar membuat Seri-A porak poranda di 1980-an. Juve sangat perkasa di era
tersebut, dengan gelar Seri-A empat kali di era tersebut. Setelah 6 pemainnya
ikut andil dalam timnas Italia yang menjuarai Piala Dunia 1982 dengan Paolo
Rossi sebagai salah satu pemain Juve kemudian terpilih menjadi Pemain Terbaik
Eropa pada 1982, sesaat setelah berlangsungnya Piala Dunia pada tahun tersebut.
Ditambah dengan kedatangan bintang Prancis Michel Platini, Juventus kembali
difavoritkan di musim 1982-83. Namun Juventus yang juga disibukkan dengan
jadwal kejuaraan Eropa memulai kompetisi dengan lambat. Hal itu ditunjukkan
dengan menelan kekalahan dari Sampdoria di pertandingan pembuka musim serta
menang dengan tidak meyakinkan atas Fiorentina dan Torino. Sementara di Eropa,
mereka berhasil menyingkirkan Hvidovre (Denmark) dan Standard Liege (Belgia) di
penyisihan grup. Akan tetapi, Juventus kembali ke trek juara di musim dingin
bersamaan dengan keberhasilan mereka menembus perempat final Liga Champions.
Selanjutnya, kemenangan atas Roma melalui 2 gol dari Platini dan Brio membuat
jarak keduanya berselisih 3 poin dengan Roma di posisi puncak. Namun, karena
konsentrasi Juve terpecah antara Serie A dan Liga Champions, akhirnya Juve tidak
berhasil mengejar AS Roma yang menjadi juara. Juventus seharusnya bisa
menumpahkan kekecewaannya di Liga saat mereka bertemu Hamburg di final Liga
Champions tetapi hal itu tidak terjadi. Berada di posisi kedua di kompetisi
domestik dan Eropa, Juventus akhirnya berhasil merebut gelar penghibur saat
menjuarai Piala Italia dan Piala Interkontinental.
Michel Platini memperoleh Ballon
d'Or bersama bianconeri
(Foto: Wikipedia) |
Setelah era keemasan Rossi
usai, Michel Platini kemudian secara mengejutkan berhasil menjadi pemain
terbaik Eropa tiga kali berturut-turut; 1983, 1984 dan 1985, di mana sampai
saat ini belum ada pemain yang bisa menyamai dirinya. Juventus menjadi satu-satunya
klub yang mampu mengantarkan pemainnya menjadi pemain terbaik Eropa sebanyak
empat tahun berurutan. Platini juga menjadi bintang saat Juve berhasil menjadi
juara Liga Champions Eropa pada 1985 dengan sumbangan satu gol semata
wayangnya. Tragisnya, final melawan Liverpool FC dari Inggris tersebut yang
berlangsung di Stadion Heysel Belgia, harus dibayar mahal dengan kematian 39
tifoso Juventus akibat terlibat kerusuhan dengan para hooligans dari Liverpool.
Sebagai hukuman, tim-tim Inggris dilarang mengikuti semua kejuaraan Eropa
selama lima tahun.
Marcello Lippi, salah satu pelatih sukses Juventus (Foto: Wikipedia) |
Juventus kemudian merebut
scudetto terakhir mereka di era 1980-an pada musim 1985-86, yang juga menjadi
tahun terakhir Trappatoni di Juventus. Memasuki akhir 1980-an, Juve gagal
menunjukkan performa terbaiknya, mereka harus mengakui keunggulan Napoli dengan
bintang Diego Maradona, dan kebangkitan dua tim kota Milan, AC Milan dan Inter
Milan. Pada 1990, Juve pindah kandang ke Stadio delle Alpi, yang dibangun untuk
persiapan Piala Dunia 1990. Marcello Lippi mengambil alih posisi manajer Juventus
pada awal musim 1994-95. Ia lantas mengantarkan Juventus memenangi Seri-A untuk
pertama kalinya sejak pertengahan 1980-an di musim 1994-95. Pemain bintang yang
ia asuh saat itu adalah Ciro Ferrara, Roberto Baggio, Gianluca Vialli dan
pemain muda berbakat bernama Alessandro Del Piero. Lippi memimpin Juventus
untuk memenangi Liga Champions Eropa pada musim itu juga, dengan mengalahkan
Ajax Amsterdam melalui adu penalti, setelah skor imbang 1-1 pada babak normal,
di mana Fabrizio Ravanelli menyumbangkan satu gol untuk Juve.
Fabio Capello menjadi
pelatih pada tahun 2004, dan memimpin Juventus untuk dua gelar Serie A. Namun,
pada Mei 2006, Juventus menjadi salah satu dari lima klub Serie A terkait
dengan skandal pengaturan pertandingan, hasil yang melihat klub terdegradasi ke
Serie B untuk pertama kalinya dalam sejarah. Klub ini juga dilucuti dari dua
gelar yang dibawa Capello pada tahun 2005 dan 2006. Banyak pemain kunci
meninggalkan klub menyusul penurunan pangkat ke Serie B, termasuk Thuram,
striker Zlatan Ibrahimović dan bek tengah Fabio Cannavaro. Namun, pemain
bernama besar lain seperti Buffon, Del Piero, Trezeguet, dan Nedved tetap untuk
membantu klub kembali ke Seri-A sementara anak-anak dari Primavera seperti
Sebastian Giovinco dan Claudio Marchisio diintegrasikan ke dalam tim utama.
Bianconeri dipromosikan langsung kembali sebagai juara liga setelah musim
2006-07, sementara kapten Del Piero mendapat penghargaan pencetak gol terbanyak
dengan 21 gol.
Sejak mereka kembali ke
Serie A di musim 2007–08, mantan manajer Chelsea Claudio Ranieri berhasil
menangani Juventus selama dua musim. Mereka menempati posisi ketiga di musim
pertama mereka kembali, dan lolos ke Liga Champions 2008–09 babak kualifikasi
ketiga pada tahap awal. Juventus mencapai babak grup, di mana mereka
mengalahkan Real Madrid di kedua leg kandang dan tandang, sebelum kalah di
babak gugur dengan Chelsea. Ranieri dipecat menyusul serangkaian hasil buruk,
dan Ciro Ferrara ditunjuk sebagai manajer sementara untuk dua pertandingan
terakhir musim ini, sebelum kemudian diangkat sebagai manajer untuk musim
2009-10. Namun, tugas Ferrara sebagai manajer Juventus terbukti tidak berhasil,
dengan Juventus tersingkir dari Liga Champions dan Coppa Italia, dan hanya
berbaring di tempat keenam di klasemen liga pada akhir Januari 2010, yang
mengarah ke pemecatan Ciro Ferrara dan menunjuk Alberto Zaccheroni sebagai
manajer caretaker. Zaccheroni tidak bisa membantu meningkatkan posisi juventus,
Juventus mengakhiri musim di tempat ketujuh di Serie A. Untuk musim 2010-11,
Jean-Claude Blanc digantikan oleh Andrea Agnelli sebagai presiden klub.
Tindakan pertama Agnelli adalah untuk menggantikan Zaccheroni dan Direktur
Olahraga Alessio Secco dengan manajer Sampdoria Luigi Del Neri dan Direktur
Olahraga Giuseppe Marotta.
Juventus FC 2012-13 (Foto: Wikipedia) |
Namun, Del Neri gagal
memperbaiki nasib mereka dan dipecat. Mantan pemain dan favorit penggemar
Antonio Conte, baru setelah memenangkan promosi dengan Siena, disebut sebagai
pengganti Del Neri itu. Dengan Conte sebagai manajer, Juventus tak terkalahkan
untuk seluruh musim. Menjelang paruh kedua musim ini, tim itu sebagian besar
bersaing dengan rival utara Milan untuk tempat pertama dalam pertandingan yang
ketat. Juventus memenangkan gelar pada pertandingan ke-37, setelah mengalahkan
Cagliari 2-0, dan Milan kalah dari Internazionale 4-2. Setelah kemenangan di
pertandingan final melawan Atalanta 3-1, Juventus menjadi tim pertama untuk
musim tak terkalahkan dalam arus Format 38 pertandingan. Prestasi penting
lainnya termasuk yang terbesar kemenangan tandang (5-0 di Fiorentina), rekor
terbaik defensif (20 gol kebobolan, paling sedikit pernah dalam format liga
saat ini) di Serie A dan terbaik kedua di atas enam liga Eropa tahun itu.
Prestasi
Domestic
Italian
Football Championship/Serie A
Juara (34) : 1905, 1925–26,
1930–31, 1931–32, 1932–33, 1933–34, 1934–35, 1949–50, 1951–52, 1957–58,
1959–60, 1960–61, 1966–67, 1971–72, 1972–73, 1974–75, 1976–77, 1977–78,
1980–81, 1981–82, 1983–84, 1985–86, 1994–95, 1996–97, 1997–98, 2001–02,
2002–03, 2004–05, 2005–06,[nb 7] 2011–12, 2012–13, 2013–14, 2014–15, 2015–16,
2016–17, 2017–18
Serie
B
Juara (1) : 2006–07
Coppa
Italia
Juara (13) : 1937–38,
1941–42, 1958–59, 1959–60, 1964–65, 1978–79, 1982–83, 1989–90, 1994–95, 2014–15,
2015–16, 2016–17, 2017–18
Supercoppa
Italiana
Juara (7) : 1995, 1997,
2002, 2003, 2012, 2013, 2015
Internasional
European
Cup / UEFA Champions League
Juara (2) : 1984–85, 1995–96
UEFA
Cup Winners' Cup
Juara (1) : 1983–84
UEFA
Cup
Juara (3) : 1976–77,
1989–90, 1992–93
European
Super Cup/UEFA Super Cup
Juara (2) : 1984, 1996
UEFA
Intertoto Cup
Juara (1) : 1999
Intercontinental
Cup
Juara (2) : 1985, 1996
0 Response to "Sejarah Berdirinya Juventus FC "
Posting Komentar